Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa
yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh
dan harganya relatif murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan
pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur
terdiri dari 13 % protein, 12 % lemak, serta vitamin, dan mineral. Nilai
tertinggi telur terdapat pada bagian kuning telur. Kuning telur mengandung asam
amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti: besi, fosfor, sedikit
kalsium, dan vitamin B kompleks. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah
rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan
mikroorganisme melalui pori-pori telur. Upaya pengawetan sangat penting untuk
mempertahankan kualitas telur. Umumnya telur akan mengalami
kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu di ruang terbuka. Kerusakan
tersebut meliputi kerusakan yang tampak dari luar dan kerusakan yang baru dapat
diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama berupa kerusakan alami (pecah,
retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam isi telur keluar sehingga
derajat keasaman naik.
1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum
Teknologi pengolahan Hasil Ternak acara telur asin adalah praktikan dapat
menjelaskan pengertian telur asin, melakukan pembuatan telur asin, dan
melakukan uji kualitas telur asin yang dihasilkan dengan produk telur asin
komersil.
2. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi
pengolahan Hasil Ternak acara telur asin dilakukan pada hari Rabu tanggal 15
Oktober 2014 pukul 13.25-15.10 di laboratorium Ilmu Pengolahan Hasil Ternak
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
A. Tinjauan Pustaka
Telur merupakan sumber protein hewani yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam slogan empat
sehat lima sempurna, antara lain
dikatakan bahwa telur merupakan lauk yang bergizi tinggi. Juga beberapa
tahun yang lalu, Departemen Pertanian mengeluarkan slogan semangkuk
sayur sebutir telur dalam usaha
menggiatkan pemanfaatkan pekarangan rumah di pedesaan. Dengan slogan ini
dimaksudkan agar setiap keluarga memanfaatkan pekarangannya untuk bertanam
sayur dan memelihara ayam sebagai sumber pangan di dalam keluarga (Gsianturi,
2003).
Sejak
zaman dulu masyarakat kita telah mengenal pengasinan sebagai salah satu upaya
untuk mengawetkan telur (memperpanjang masa simpan), membuang rasa amis
(terutama telur itik), dan menciptakan rasa yang khas. Berdasarkan proses
pengolahannya, telur asin dapat dibuat dengan cara merendam dalam larutan garam
jenuh atau menggunakan adonannya. Adonan garam merupakan campuran antara garam,
abu gosok, serbuk bata merah, dan kadang-kadang sedikit kapur (Marssy, 2010).
Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia umumnya masih
berat pada karbohidrat dan rendah protein, khususnya protein hewani.
Dominasi kalori dari karbohidrat masih sekitar 62 %, sedangkan konsumsi
protein hewani hanya 2,3 %, demikian juga buah dan sayur hanya 2,3 %. Pola
demikian dalam jangka panjang tidak menguntungkan baik dari segi kesehatan
dan daya tahan tubuh. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa umumnya
masyarakat masih beranggapan bahwa makan asal kenyang tanpa memperhatikan
kebutuhan zat gizi yang memang diperlukan oleh tubuh. Rendahnya konsumsi
protein hewani, buah, dan sayur antara lain disebabkan oleh pendapatan
yang terbatas, dan harga ikan, daging, telur atau buah yang relatif lebih
mahal daripada beras. Di antara sumber protein hewani yang banyak tersedia
adalah telur (Pratomo, 2003).
Telur
asin matang tahan selama 2-3 minggu, sedangkan pembubuhan larutan teh
dalam adonan pengasin dapat meningkatkan ketahanan telur asin sampai 6
minggu. Penggunaan ekstrak daun teh bertujuan agar zat tanin yang
terkandung dalam daun teh dapat menutupi pori-pori kulit telur serta
memberikan warna coklat muda yang menarik dan bau telur asin yang
dihasilkan lebih disukai (Faskel, 2001).
Telur
asin merupakan produk pangan yang memiliki karakteristik sebagaimana bahan
pangan lain, yaitu mudah rusak dan busuk. Oleh karena itu bahan pangan ini
memerlukan penanganan yang cermat sejak dari pengambilan dari kandang hingga
penyimpanan di konsumen. Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas telur
adalah dengan pengawetan. Pengawetan yang paling mudah dan sering dilakukan
oleh masyarakat adalah dengan cara pengasinan atau pembuatan telur asin. Namun
demikian, ada sebuah fakta yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat pada
umumnya, bahwasanya pada proses pengasinan ini hendaknya dilakukan dengan
memperhatikan aspek kualitatif dan kuantitatif dari komponenen zat-zat gizi
yang terkandung dalam telur sebagaimana kondisi awal telur sebelum diolah.
Sebagai contoh, jika sampai terjadi kerusakan lemak atau minyak saat proses
pengawetan, maka telur tersebut dapat menganggu kesehatan jika dikonsumsi,
seperti menyebabkan penyakit jantung dan kolesterol (Suprapti, 2002).
B. Materi dan metode
1.. Materi
a.. Bahan
1). Telur
itik 5 buah
2) Serbuk abu sebanyak 600 gr
3) Garam 200 gr
4) Air bersih
b.. Alat
1). Toples
2) Panci
3) Kompor
4) Pisau
2.. Metode
a. Membersihkan
dari sisa kotoran itik.
b. Membuat adonan garam dan serbuk abu dengan
perbandingan 1:3 yang digunakan untuk
menutupi permukaan telur.
c. Mempelkan adonan tersebut pada bagian luar
telur.
d. Memasukkan telur kedalam toples.
e. Melakukan pemeraman selama 14 hari.
f. Mencucian
telur asin dan melakukan perebusan telur
asin.
C. Hasil dan pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 16. Uji organoleptik telur asin
No
|
Parameter
|
Sampel
|
||||
100
|
101
|
102
|
103
|
104
|
||
A
|
Warna
|
4,5
|
7
|
5
|
7,5
|
7
|
B
|
Aroma
|
5
|
7
|
6,5
|
6
|
6,5
|
C
|
Tekstur
|
6,5
|
6
|
7,5
|
7,5
|
7,5
|
D
|
Rasa
|
6,5
|
6
|
7
|
7,5
|
7
|
E
|
Flavor
|
6
|
7
|
7
|
7,5
|
7,5
|
F
|
Kesukaan keseluruhan
|
6,5
|
6,5
|
7
|
7,5
|
7,5
|
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Teknologi Pengolahan
Hasil Ternak
2014
Keterangan
kode :
0100
: kontrol/komersil
0101
: telur asin dengan batu bata: garam 1300:200
0102
: telur asin dengan batu bata: garam 650:100
0103
: telur asin dengan batu bata: garam 1200:900
0104
: telur asin dengan batu bata: garam 1000:500
Skala :
1 : Amat sangat tidak suka
2 : Sangat tidak suka
3 : Tidak suka
4 : Agak tidak suka
5 : Netral
6 : Agak suka
7 : Suka
8 : Sangat Suka
9 : Amat sangat suka
2. Pembahasan
Praktikum
pembuatan telur asin mengggunakan empat telur bebek dan adonan batu batu bata
yang dilembutkan. Proses pemeraman dilakukan selama 14 hari, hal ini sesuai
dengan pernyataan Ummah (2010) bahwa pengolahan telur asin menggunakan bahan
telur bebek, garam dan batu bata merah. Penggunaan batu bata merah harus
dilembutkan terlebih dahulu agar memudahkan garam masuk ke dalam pori-pori
telur. Perbandingan garam dengan batu bata merah adalah 1:1. Telur asin harus
dieram selama 7-14 hari.
Praktikum
pembuatan telur asin menggunakan empat perbandingan yang berbeda dalam campuran
garam dan serbuk bata. Tujuannya untuk mengetahui perbandingan garam dan serbuk
bata dalam pembuatan telur asin yang lebih disukai. Telur asin kode 101
menggunakan campuran serbuk bata dan garam dengan perbandingan 1300:200, telur
asin kode 102 menggunakan campuran serbuk bata dan garam dengan perbandingan
650:100, telur asin kode 103 menggunakan campuran serbuk bata dan garam dengan
perbandingan 1200:900 dan telur asin kode 104 menggunakan campuran serbuk bata
dan garam dengan perbandingan 1000:500.
Tabel
diatas menggambarkan kode telur asin manakah yang lebih disukai. Berdasarkan
tabel, rasa yang paling disukai adalah telur asin kode 103, warna yang paling
disukai adalah telur asin kode 103, aroma yang paling disukai adalah telur asin
kode 102, 103, dan 104, tekstur yang
paling disukai adalah telur asin kode 101, penerimaan secara keseluruhan adalah
telur asin kode103 dan 104. Telur asin control atau komersil rasanya sedikit
asin karena penambahan garam yang terlalu sedikit perbandingannya dengan serbuk
bata.
D. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari
praktikum diatas adalah :
a. Memperpanjang masa simpan dan mempertahankan
kualitas telur dapat dilakukan dengan pengasinan
b. Pengasinan telur dilakukan dengan menggunakan
campuran serbuk bata dan garam
c. Telur asin hasil praktikum lebih disukai
daripada telur asin komersil
2. Saran
a. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam
melakukan pembuatan atau pengujian produk agar hasilnya maksimal.
b. Menyediakan alat yang digunakan dalam
praktikum sesuai dengan jumlah kelompok yang praktikum untuk efisien waktu.
c. Assisten diharapkan lebih memberikan
pengarahan saat pengujian produk.
d. Assisten lebih mengkoordinir jadwal dan praktikan
dalam pengujian produk agar semua kelompok mengikuti kegiatan pengujian produk.

No comments:
Post a Comment